Rindu Tempe

Berita perajin dan pengusaha tempe-tahu yang berunjuk rasa kalah dengan berita kondisi kesehatan Pak Harto. Maklum saja, hampir setiap jam kondisi terakhir Pak Harto terus diberitakan. Padahal persoalan tempe-tahu pun tak kalah pentingnya.

Bicara mengenai tempe, sepertinya kita langsung menghubungkan dengan orang Jawa. Alasannya seperti yang diungkapkan sejarawan Ong Hok Ham, masakan tempe hanya dijumpai dalam kuliner Jawa. Sedangkan masakan Padang, Bali, Menado apalagi Makassar tidak mengenal tempe.

Dalam Encyclopaedia van Nederlandsch Indië (1922) disebutkan bahwa tempe yang terbuat dari kacang kedelai merupakan hasil fermentasi dan merupakan makanan sehari-hari penduduk. Mungkin sebaiknya kata penduduk, menurut Pak Ong dapat ditambahkan, menjadi penduduk Jawa. Continue reading “Rindu Tempe”

Nasionalisme Turistik

Di tengah bencana yang melanda Indonesia dan menelan banyak korban jiwa, pemerintah Indonesia menggelar Grand Launching Visit Indonesia 2008, 26 Desember 2007 lalu. Tema yang diusung adalah memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional atau bahasa “gagah”nya Celebrating 100 Years of National Awakening.

Sebelumnya ada kesalahan tata bahasa dalam jargon promosi pariwisata tersebut. Kata National sebelumnya ditulis Nation sehingga kalimatnya menjadi Visit Indonesia Year 2008. Celebrating 100 Years of Nation’s Awakening. Mereka yang paham bahasa Inggris tentu tahu beda antara national dan nation.

Tentunya kesalahan ini dapat menimbulkan pertanyaan maksud dari jargon pariwisata Indonesia. Syukurlah pemerintah tanggap dan kesalahan ini teratasi. Jadi kasus “Indonesia is the big city” tak terjadi. Continue reading “Nasionalisme Turistik”