22 Februari lalu genap dua tahun bapak meninggalkan kami semua. Kenangan bergulir satu persatu. Saya masih ingat tetesan air mata bapak di ruang ICU ketika kami semua berkumpul di sana dan mengatakan melepas beliau dengan ikhlas. Tetesan air mata itu persis seperti yang saya lihat ketika beliau mendengar saya diterima di perguruan tinggi negeri.
Bapak tak meninggalkan warisan yang banyak karena kami bukan orang kaya dan juga tidak termasuk miskin. Kami, empat bersaudara pun tak terlalu meributkan itu. Satu warisan penting yang beliau tinggalkan adalah pendidikan. Alhamdulillah, kami semua menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi. Sesekali bapak mengeluhkan biaya pendidikan si bungsu yang lumayan mahal. Namun, bapak tetap berupaya sekuat tenaga supaya si bungsu menyelesaikan pendidikannya.
Ada satu cerita beliau yang menggelitik. Continue reading “Bapak”