Fungsi Metodologi dan Teori dalam Ilmu Sejarah

sartonoDalam penelitian sejarah, metode dan metodologi merupakan dua perangkat penting. Sartono Kartodirdjo (1992) mengungkapkan perbedaan antara metode dan metodologi. Metode adalah bagaimana orang memperoleh pengetahuan (how to know), sedangkan metodologi  adalah ilmu tentang untuk tahu bagaimana harus mengetahui (to know how to know).

Sejarawan memperoleh pengetahuan asal-usul peristiwa (eksplanasi genesis) melalui metode untuk menghasilkan suatu bentuk cerita yang sering disebut deskriptif naratif. Melalui metodologi, para sejarawan berupaya mendapatkan penjelasan (eksplanasi sejarah) yang lebih rinci dan mendalam. Terutama untuk menjawab pertanyaan ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ sesuatu peristiwa dapat terjadi.

Sementara itu metodologi menurut Lloyd membahas kerangka-kerangka pemikiran (frameworks) tentang konsep-konsep, kategori-kategori, model-model,  hipotesis-hipotesis dan prosedur-prosedur umum yang dipakai dalam penyusunan teori dan testing (Sjamsudin 2012:14)

Untuk itu diperlukan penjelasan sejarah analisis-kritis terhadap unsur-unsur kausal, kondisional, serta kontekstual peristiwa lebih jauh sehingga dapat dibangun pola-pola, kecenderungan-kecenderungan, hukum-hukum terbatas serta struktur peristiwa sejarah itu.

Kita mengetahui bahwa metodologi dalam ilmu sejarah terdiri dari metodologi individualis (fenomenologi, hermeneutika), metodologi holis (struktural) dan metodologi strukturis.

Dalam upaya menghasilkan penjelasan sejarah yang lebih komprehensif memerlukan alat serta perangkat analisis berupa pendekatan (approach) atau sudut pandang serta konsep teoritik yang dapat menuntun sejarawan untuk dapat menjelaskan, mengklarifikasi pertanyaan bagaimana dan mengapa sesuatu peristiwa terjadi.  Pendekatan analisis seperti itu akan menghasilkan gambaran sejarah yang disebut deskriptif analitik atau sejarah kritis-analitis (Kartodirdjo 1992)

Seperti yang diungkapkan Christopher Lloyd (1986) mengenai teori dalam Explanation in social history yaitu bahasan mengenai penyusunan konsep-konsep dan model-model dan pembuatan eksplanasi-eksplanasi umum tetapi rinci mengenai tipe-tipe peristiwa dan proses tertentu yang dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab dari peristiwa-peristiwa dan proses-proses sebenarnya.

Sebenarnya apa peranan teori dalam sejarah, khususnya dalam eksplanasi sejarah?  Menurut Prof. Helius Sjamsudin dengan mengutip Lubasz (1963-1964) pada umumnya teori digunakan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan suatu keberadaan kolektif (collective entity), merekonstruksi suatu perangkat kepercayaan menurut suatu analisis karakter kolektif,  menguji kebenaran atau ketepatan (verifikasi) penjelasan (eksplanasi) suatu peristiwa kolektif (Sjamsudin 2012:49)

Dalam perjalanan intelektual di antara para sejarawan terdapat perdebatan yang panjang mengenai penggunaan teori dalam sejarah. Ada pihak yang pro, kontra teori dan ada juga yang mengambil jalan tengah, berupaya mendapatkan manfaat dari dua pihak yang pro dan kontra.

Adanya pengalaman menulis sejarah secara kolektif menumbuhkan berbagai metode yang didorong oleh pemikiran filsafat dan menghasilkan berbagai karya sejarah yang mendorong berkembangnya pemikiran teoritis. Dalam perkembangan historiografi generasi sekarang, para sejarawan kini lebih sadar tentang penggunaan teori-teori, terutama dari ilmu sosial. Manfaat yang dapat diambil adalah memperkaya metodologi sejarah yang secara tidak langsung meningkatkan kualitas historiografi sebagai salah satu bagian otonom kajian ilmu sosial dan humaniora (Sjamsudin 2012:51)

Chris Lorensz (1990) mengemukakan bahwa teori diperlukan oleh sejarawan karena sejarawan tidak mungkin mengemukakan faktor penyebab secara kesuruhan. Suatu teori yang digunakan dalam penelitian sejarah tertentu harus dapat memberi batasan pada masalah yang diteliti dan menyarankan sumber sejarah yang diperlukan. Teori juga harus sanggup menunjukkan faktor-faktor yang diperlukan untuk ekspalanasi. Selain itu teori harus bisa menurunkan hipotesa-hipotesa yang menunjukkan hubungan-hubungan kausal serta harus sanggup menyarankan periodisasi dari masalah yang diteliti (Leirissa 2002:29).

Teori dalam sejarah juga diperlukan karena dengan mempelajari dasar-dasar dan berbagai pra anggapan yang terdapat dalam ilmu sejarah, seorang ahli sejarah dapat memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam berbagai spesialisasi dalam ilmu sejarah. Di samping itu pengetahuan teori dapat juga meningkatkan kemampuan seorang ahli sejarah dalam bidang spesialisasi atau aliran yang dianutnya.

Pada umumnya teori dalam sejarah muncul dari permasalahan yang ada dalam tiga aspek eksplanasi sejarah. Pertama menurut John Tosh (1984) dalam The Pursuit of history adalah kesulitan dalam memahami setiap dimensi pengalaman manusia yang saling berhubungan pada suatu waktu tertentu. Kedua adalah perubahan sejarah (historical change). Para sejarawan menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk menjelaskan ada atau tidaknya perubahan. Ketiga adalah upaya teori-teori untuk mencoba menjelaskan tidak hanya bagaimana perubahan sejarah itu terjadi tetapi juga arah gerak semua perubahan tersebut. Teori-teori tersebut berhubungan dengan interpretasi mengenai takdir manusia dengan memberikan suatu makna bagi sejarah (Sjamsudin 2012:53, Tosh 2004 :70)

Oleh karena itu sejarawan selain harus menguasai metode atau prosedur kerja sejarawan, juga perlu mendalami aspek-aspek teori, konsep-konsep yang dapat digunakan sebagai perangkat analisis dalam mengkaji suatu peristiwa sejarah yang pada dasarnya bersifat kompleks karena berhubungan dengan fenomena manusia dengan kehidupannya di masa lampau.

Dengan kata lain, seorang sejarawan professional, dituntut menguasai metode (meliputi kemampuan heuristik, kritik sumber, interpretasi, serta historiografi) dan juga metodologi sejarah (penguasaan perangkat analisis serta teori-teori ilmu sosial, ilmu kemanusiaan).

 

 

4 thoughts on “Fungsi Metodologi dan Teori dalam Ilmu Sejarah”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *