Urusan kurikulum tak kunjung selesai. Bagai jalan tak ada ujung. Begini rupanya jadi bagian dari perumus kebijakan. Putar sana, putar sini. Rapat ini, rapat itu. Sudah nyaris di ujung, eh masih nyambung lagi.
Sambil meluruskan pikiran (memang selama ini tidak lurus?) saya mengingat-ingat koleksi komik saya yang entah ke mana. Di rumah ibu saya, saya masih punya Asterix, Lucky Luke (versi Belanda), Rampokan Jawa, Roel Djikstra (versi Indonesia), dan apalagi ya? Continue reading “kembali ke…komik”