kembali ke…komik

Urusan kurikulum tak kunjung selesai. Bagai jalan tak ada ujung. Begini rupanya jadi bagian dari perumus kebijakan. Putar sana, putar sini. Rapat ini, rapat itu. Sudah nyaris di ujung, eh masih nyambung lagi.

Sambil meluruskan pikiran (memang selama ini tidak lurus?) saya mengingat-ingat koleksi komik saya yang entah ke mana. Di rumah ibu saya, saya masih punya Asterix, Lucky Luke (versi Belanda), Rampokan Jawa, Roel Djikstra (versi Indonesia), dan apalagi ya? Continue reading “kembali ke…komik”

Kembali ke…Tintin!

Judul : Petualangan Tintin Wartawan Le Petit Vingtieme di Tanah Sovyet, Tintin di Amerika, Tintin di Congo, Cerutu Sang Firaun, Lotus Biru, Si Kuping Belah
Penulis : Hergé
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2008
Tebal : 64 halaman, 142 halaman (Tintin di Tanah Sovyet)

“Tintin adalah aku. Tintin adalah karya diriku yang paling berharga. Jika ada yang ingin melanjutkan Tintin, mereka mungkin dapat melakukannya lebih baik atau bahkan lebih buruk. Namun, mereka akan melakukannya berbeda denganku. Dan itu jelas bukan Tintin lagi.” Demikian pesan terakhir George Remi alias Hergé, si pencipta Tintin yang tak sempat menyelesaikan petualangan terakhir si jambul ini.

Yang jelas hingga episode Tintin dan Seni-Alfa (1986) tak ada kelanjutan kisah petualangan wartawan muda asal Belgia tersebut. Komik Hergé ini telah diterjemahkan dalam 51 bahasa, termasuk Indonesia. Continue reading “Kembali ke…Tintin!”