Kisah Ayam

Almarhum pakde saya adalah seorang pecinta hewan. Salah satunya ayam jago yang pada pagi hari suaranya mampu membangunkan saya dari mimpi indah. Ayam jago yang berjenis bangkok itu mendapat perlakuan istimewa. Mulai dari kandang yang selalu diperhatikan kebersihannya, makanan, vitamin  yang selalu dijaga hingga belaian penuh kasih dan mungkin rasa sayang.

Setiap minggu ayam bangkok itu dimandikan. Tentunya bukan seperti memandikan motor Honda tunggangannya, ke tempat dia bekerja setiap hari di sebuah pabrik di bilangan utara Jakarta. Ayam itu disiraminya dengan air dari tangan sambil diusap secara perlahan.

Lain dengan Almarhum ayah. Suatu ketika beliau membawa ayam jago hitam legam yang dikenal dengan ayam Cemani.  Sekujur tubuhnya, mulai dari bulu, jengger, kaki, hingga daging dan tulangnya berwarna hitam. Konon ayam ini berharga mahal (hingga puluhan juta) dan kerap dipakai untuk ritual tertentu. Mungkin almarhum ayah saya mengetahui betapa mahalnya jenis ayam itu sehingga berniat memeliharanya. Lain waktu beliau membawa ayam yang berbulu keriting, jantan dan betina. Ibu saya menyebutnya ayam bulu walik. Beberapa teman adik saya yang berkunjung ke rumah sering tertawa dan berseloroh ayam keriting itu cocok dipelihara keluarga kami lantaran kami semua nyaris berambut keriting.

Ada satu lagi jenis ayam yang pernah kami pelihara yaitu ayam Kate. Ayam cebol yang dikenal sebagai ayam Bantam. Berbeda dengan ayam Cemani yang mendapatkan kandang khusus, ayam Keriting dan ayam Kate dimasukkan dalam kandang (sebenarnya bukan kandang tapi bagian lahan kosong di samping rumah yang diberi pagar dan pintu). Selain mereka, ada pula beberapa pasang ayam kampung biasa yang kami pelihara khusus untuk menjadi hidangan opor di hari Lebaran.

Pasangan ayam kampung yang ‘subur’ memberi kami telur-telur. Beberapa telur diambil oleh ibu saya atau kami yang dengan hati-hati mengambil telur itu. Lalu ibu mengubahnya menjadi telur ceplok atau dadar untuk lauk sarapan. Sebagian telur lagi menetas menjadi anak-anak ayam.

Bulu boleh berbeda tapi dalamnya hati siapa tahu. Size doesn’t matter. Kisahnya bermula ketika ayam Kate betina usai mengerami telur-telurnya dan telur-telur itu menetas. Anak-anak ayam Kate berbulu walik pun berlarian ke sana-kemari mengikuti induk mereka mencari makan. Hubungan intim antara ayam Bulu walik jantan dan ayam Kate betina membuahkan hasil. Ayam Kate berbulu walik menjadi salah satu jenis ayam yang pernah kami miliki. Teman-teman adik saya pun semakin sering tertawa melihat ayam-ayam jenis itu.

Pasti Anda yang membaca kisah ini menunggu-nunggu apakah saya akan menuliskan atau mengkaitkannya dengan ayam kampus. Lalu Anda terkejut ternyata kisah ini bukan kisah ayam kampus yang harganya tidak kalah dengan ayam Cemani.  Ditunggu saja. Kisah ayam ini masih ada lanjutannya, kok!

foto ayam: http://esq-news.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *