Perhelatan Piala Dunia Sepak Bola 2022 di Qatar sudah tidak menarik lagi bagi saya. Piala Dunia terakhir yang saya ikuti dengan semangat, mungkin Piala Dunia tahun 2010. Ketika itu kesebelasan Belanda masuk ke babak final namun gagal menjadi juara setelah dikalahkan Spanyol 0-1. Andries Iniesta mencetak gol, empat menit sebelum babak perpanjangan waktu usai (menit ke-116). Ini menjadi gol terlama yang dicetak pada babak final piala dunia.
Pada Piala Dunia tahun 2006 waktunya bersamaan dengan menjelang kelahiran putra pertama saya pada 9 Juli. Saya ingat ketika menonton pertandingan secara langsung di televisi rumah sakit pada 8 Juli malam. Ketika itu berlangsung perebutan tempat ketiga antara Jerman dengan Portugal yang berakhir 3-1 untuk Jerman.
Hal yang saya ingat pada Piala Dunia 2006 adalah tandukan kapten tim nasional Prancis Zinadine Zidane terhadap bek kesebelasan Italia, Marco Materrazi. Pertandingan selama 90 menit memaksa kedua kesebelasan berbagi angka 1 sehingga dilakukan adu penalti yang dimenangkan oleh Italia 5-3.
Sementara Piala Dunia yang pertama kali saya nikmati adalah Piala Dunia 1978 di Argentina. Ketika itu yang menjadi juara adalah Argentina setelah mengalahkan kesebelasan Belanda 3-1. Dua gol kesebelasan Argentina dicetak oleh Mario Kempes yang mengenakan nomor 10 di punggung kaosnya. Seperti lazimnya anak-anak pada masa sekarang, ketika itu saya dibelikan oleh ibu kaos tim kesebelasan Argentina bernomor punggung 10. Sepertinya itu, satu-satunya kaos tim sepakbola yang saya miliki. Entah kemana kaos itu sekarang? Setelah itu saya sempat membeli kaos tim nasional sepakbola pada tahun 2000 di Amsterdam untuk oleh-oleh.
Setelah Piala Dunia tahun 1978, Piala Dunia 1982 di Spanyol, di Meksiko, 1990 di Italia, 1994 di Amerika Serikat, 1998 di Prancis, 2002 di Korea Selatan dan Jepang, 2006 di Jerman, 2010 di Afrika Selatan saya masih bersemangat. Bahkan, pada piala dunia-piala dunia itu saya masih kuat menyaksikan beberapa pertandingan yang berlangsung pada dini hari, sambil menikmati nasi goreng, mi goreng atau cemilan ringan.
Piala Dunia 1998 menurut saya piala dunia yang paling berkesan. Tahun 1998 adalah tahun penting karena lengsernya Soeharto pada bulan Mei 1998. Piala Dunia 1998 yang diadakan di Prancis dimulai pada 19 Juni 1998, 20 hari setelah Soeharto menyatakan mundur sebagai Presiden. Indonesia berada dalam situasi transisi. Reformasi kata para aktivis. Nilai tukar uang dollar Amerika menyentuh angka 17.000 rupiah. Ini merupakan nilai terendah sejak krisis yang melanda Indonesia pada 1997. Bagi sebagian masyarakat Indonesia (termasuk saya) krisis tinggal krisis, namun piala dunia tidak boleh dilewatkan. Prancis sebagai tuan rumah akhirnya menjadi juara setelah mengalahkan Brazil dengan skor 3-0. Bagaimana dengan reformasi? Entahlah.
Setelah berkeluarga dan semakin berumur, saya sudah tidak semangat lagi memelototi layar kaca. Situasinya sekarang justru terbalik, saya yang kerap ditonton oleh televisi. Pada piala dunia 2022 di Qatar, saya cukup puas melihat highlight pertandingan melalui youtube, terutama gol-gol yang dicetak kedua kesebelasan. Kejutan-kejutan yang mewarnai pertandingan-pertandingan dari tim-tim yang tidak diunggulkan dan berbagai isu yang mewarnai di antara pertandingan, saya nikmati tanpa perlu emosi. Siapa pun pemenangnya, kalian memang pantas juara dunia. Sambil membayangkan: “Kapan ya Indonesia ikut piala dunia?”