Sepotong Kenangan tentang Pak Harto

Minggu siang 27 Januari 2008, udara panas sekali. Kaos yang saya kenakan terpaksa dilepas karena basah oleh keringat. Komputer saya matikan karena tak tahan dengan panas siang itu. Tiba-tiba putera saya yang masih berusia 18 bulan menangis histeris. Bangun dari tidurnya. Saya melirik jam dinding, sekitar jam satu lewat. Kami kebingungan menenangkan dan membujuk si kecil yang menangis tak henti. Tak lama hujan turun cukup deras. Udara panas sirna seketika. Si kecil kembali terlelap dan kami pun ikut terlelap. Kelelahan.

Cukup lama hujan membasahi bumi dan akhirnya reda. Kami bangun. Saya bergegas berpakaian hendak ke minimarket membeli susu si kecil yang nyaris habis. Di depan rumah, di rumah tetangga berdiri bendera setengah tiang. Ada apa, pikir saya. Apakah? Saya minta istri saya segera menyalakan televisi. Innallillahi Wainnalillahi Rojiun. Pak Harto telah berpulang ke Rahmatullah. Continue reading “Sepotong Kenangan tentang Pak Harto”