Kembali ke…Tintin!

Judul : Petualangan Tintin Wartawan Le Petit Vingtieme di Tanah Sovyet, Tintin di Amerika, Tintin di Congo, Cerutu Sang Firaun, Lotus Biru, Si Kuping Belah
Penulis : Hergé
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2008
Tebal : 64 halaman, 142 halaman (Tintin di Tanah Sovyet)

“Tintin adalah aku. Tintin adalah karya diriku yang paling berharga. Jika ada yang ingin melanjutkan Tintin, mereka mungkin dapat melakukannya lebih baik atau bahkan lebih buruk. Namun, mereka akan melakukannya berbeda denganku. Dan itu jelas bukan Tintin lagi.” Demikian pesan terakhir George Remi alias Hergé, si pencipta Tintin yang tak sempat menyelesaikan petualangan terakhir si jambul ini.

Yang jelas hingga episode Tintin dan Seni-Alfa (1986) tak ada kelanjutan kisah petualangan wartawan muda asal Belgia tersebut. Komik Hergé ini telah diterjemahkan dalam 51 bahasa, termasuk Indonesia. Dalam penerjemahan nama tokohnya pun berubah. Misalnya Tintin menjadi Kuifje (Belanda), Tim (Jerman), Tintinus (Latin), Tinni (Eslandia). Begitupula sang anjing terrier putih yang cerdik dan setia menemani Tintin Milou menjadi Snowy (Inggris), Struppi (Jerman), Bobbie (Belanda), Boncuk (Turki). Tokoh lain Kapten “sejuta badai’ Haddock menjadi Hadok (Iran), Tresca (Chechnya). Atau Professor “bolot” Tournesol menjadi Calculus (Inggris), Bergel (Arab), pasangan detektif konyol Dupont dan Dupond menjadi Thomson and Thompson (Inggris), Tik dan Tak (Arab).

Dalam versi yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama ini menggunakan versi Perancis. Jadi bagi penggemar Tintin di Indonesia yang pernah akrab dengan Snowy, Professor Kalkulus serta detektif ‘kembar’ Thomson dan Thompson ‘harus’ akrab dengan nama versi Perancisnya yaitu Milo, Professor Lakmus dan detektif ‘kembar’ Dupont dan Dupond.

Tintin pertama kali muncul dalam suplemen kartun Le Petit Vingtieme dalam koran Brussel Le Vingtieme Siecle 10 Januari 1929. Serial pertama Tintin adalah Tintin di Soviet (1929), lalu Tintin di Kongo (1931) dalam versi hitam putih dan pada 1946 terbit versi berwarnanya. Tintin di Amerika (1932), Cerutu sang Pharaoh/Firaun (1934), Lotus Biru (1936), Patung Kuping Belah (1937), Pulau Hitam (1938), Tongkat Raja Ottokar (1939), Kepiting Bercapit Emas (1941), Bintang Jatuh (1942), Rahasia Kapal Unicorn (1943) serta sekuelnya Harta Karun Rackam Merah (1944). Berikutnya terbit Tujuh Bola-bola Ajaib (1948) dan Tawanan Dewa Matahari (1949).

Perang Dunia II menyebabkan kelanjutan petualangan si jambul ini tertunda. Negeri Emas Hitam baru dicetak pada 1950, diteruskan Perjalanan ke Bulan (1954), Penculikan Calculus (1956), Hiu-hiu Laut Merah (1958), Tintin di Tibet (1960). Tiga tahun kemudian terbit Zamrud Castafiore. Si jambul serta kawan-kawannya ini sempat pula mampir di Kemayoran, Jakarta dalam Penerbangan 714 (1968). Tahun 1976 terbit Tintin dan Picaros dan petualangan si jambul berakhir dalam Tintin et L’Alph Art (1986) dalam bentuk sketsa karena Hergé keburu meninggal pada 1983.

Tahun 2008 ini GPU menerbitkan enam seri Tintin. Petualangan Tintin Wartawan Le Petit Vingtieme di Tanah Sovyet, Tintin di Amerika, Tintin di Congo, Cerutu Sang Firaun, Lotus Biru dan Si Kuping Belah. Rencananya petualangan-petualangan si Jambul lainnya ini akan terbit dua kali dalam sebulan.

Pada album-album Tintin pertama yang dibuat pada 1920-an terlihat ideologi Hergé muda yang ‘polos’ dan penuh semangat. Misalnya kritikan terhadap komunisme di Rusia yang dinilainya munafik dan kejam (Tintin di Tanah Sovyet). Penduduk asli Kongo yang dianggap bodoh dan kekanak-kanakan (Tintin di Congo). Lalu orang kulit putih di Amerika yang korup dan menindas bangsa Indian (Tintin di Amerika). Ideologi Hergé ini tak lepas dari ideologi yang sedang trend di Belgia ketika itu.

Pada album-album berikutnya mulai banyak perubahan. Misalnya dalam Lotus Biru, pendapatnya tentang bangsa China lebih lunak dan dapat dikatakan Hergé anti-imperialisme. Lotus Biru justru mengkritik Jepang dan pengaruh dunia Barat di negeri tirai bambu tersebut. Orang Barat yang dikritik, khususnya orang Inggris yang digambarkan suka menghina dengan menggunakan hal berbau SARA. Album ini dianggap kontroversial karena muatan politisnya sehingga di Inggris baru diterbitkan tahun 1984. Meskipun pada intinya, petualangan Tintin di China ini untuk membongkar sindikat candu.

Dalam Cerutu Sang Firaun (dalam edisi Indonesia sebelumnya Cerutu Sang Faraoh), Tintin menghadapi sindikat pedagang obat bius dunia di Mesir dan India. Satu tema yang hingga sekarang masih tetap aktual. Selanjutnya dalam Si Kuping Belah (edisi Indonesia sebelumnya Patung Kuping Belah) Tintin berpetualang ke Amerika Selatan untuk memburu jimat (Gran Chapo) yang hilang. Yang menarik dari album ini adalah kritikan Hergé terhadap perang di Amerika Selatan dan pedagang senjata, Bazil Zaharoff (dalam album disebut Basil Basaroff). Jangan lupa juga dalam album yang lain, Tintin dan Picaros, kita bertemu tokoh Jenderal Alcazar yang takut pada istrinya serta Jenderal Tapioca. Kedua tokoh ini bersaing untuk menjadi pemimpin di sana. Sehingga bisa saja setiap jam, setiap menit, pemimpinnya berganti.

Petualangan Tintin di berbagai belahan dunia seolah memperlihatkan jika sang kreator juga pernah melanglang buana. Anggapan itu meleset karena Hergé belum pernah ke luar negeri. Namun, ketekunan serta ketelitian melalui riset kepustakaan yang dilakukan Hergé menghasilkan penggambaran negara yang dikunjungi Tintin dengan detil. Misalnya gambaran tentang pakaian tradisional, benda bersejarah, konstruksi bangunan serta sarana transportasi begitu persis dengan aslinya.

Pekerjaan Hergé sebagai jurnalis di koran harian juga mendukung kekayaan isi komik buatannya. Dukungan referensi berupa artikel, esai, kliping serta ensiklopedi memudahkannya memadukan kreasi dan fakta yang ada. Hal yang menarik adalah ketika membaca edisi aslinya, ungkapan-ungkapan bahasa Indonesia (dalam Penerbangan 714) begitu jelas. Misalnya: “Kurang adjar! Apa tidak bisa lihat sajapoenja lajar! Apa gila!” , “Kita di rumah biassa tambah sedikit sambal ulek…” atau “Itu bukan djelek, tentu lebih enak tetapi...”. Tentunya ejaan yang dipakai belum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Selanjutnya, selamat menikmati kembali petualangan si jambul Tintin!

6 thoughts on “Kembali ke…Tintin!”

  1. Your post Sangkelana » Blog Archive » Kembali ke…Tintin! was very interesting when I found it over google on Thursday by my search for tintin et milou. I have your blog now in my bookmarks and I visit your blog again, soon. Take care. Parejaspareja.es

Leave a Reply to Pareja Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *