Beberapa waktu lalu di wilayah Takalar terjadi penembakan terhadap empat warga terkait sengketa lahan tanah antara warga dan PT Perkebunan Nusantara (PN) XIV. Dalam hal ini PTPN dituduh mengambil lahan warga untuk perkebunan tebu mereka. Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo pun akhirnya ikut menengahi kasus sengketa lahan ini. Beliau berjanji dalam tiga bulan sudah ada kejelasan dan solusi mengenai sengketa tanah ini (Kompas 12/10/2008).
Peristiwa di Takalar ini membangkitkan kenangan saya sewaktu tugas di Makassar beberapa tahun silam. Ada satu hal yang saya rasakan kurang ketika pertama kali menginjakkan kaki di bumi Sulawesi ini yaitu kereta api. Padahal di Jawa kita bisa melihat atau menggunakan kereta sebagai alat transportasi selain bis atau mobil bila kita hendak bepergian ke tempat-tempat lain. Selain itu menurut sebuah majalah berbahasa Belanda (saya lupa judulnya), zee en rail (laut dan rel) merupakan satu kesatuan. Laut dan rel itulah memegang peranan penting dalam perdagangan. Kita tahu bahwa pelabuhan Makassar merupakan pelabuhan besar di Indonesia Timur. Dan untuk menyalurkan barang-barang ke tempat-tempat lain di Sulawesi memerlukan kereta api. Namun sepertinya ini tak berlaku di Sulawesi. Continue reading “Takalar = Tak Kelar?”