Awal tahun 2008 lalu saya dan rekan saya Indira Ismail diminta untuk memberikan kuliah pilihan Budaya Belanda dengan tema kuliah musik pop Belanda. Suatu tema yang menarik, menantang dan sekaligus membuat dahi berkerut. Musik pop Belanda? Apakah kami harus membahas Marco Borsato, Andre Hazes, De Dijk, De Kast, Acda en de Munnik, BlØf , Ali B atau K3? Continue reading “Andy Tielman: Perintis Rock n’ Roll Belanda”
Author: achmad
Cikal Bakal Fakultas Sastra Universitas Indonesia
Seberapa tua kah perguruan tinggi di Asia, khususnya fakultas sastra di Asia Tenggara? Seberapa tua juga kah fakultas sastra di perguruan tinggi di Indonesia? Kees Groeneboer dalam artikelnya “Jurusan Bahasa dan Sastra Belanda 1949-1952 yang mengutip M. van Geuns (1917) mengungkapkan pendidikan tinggi dan universitas di Hindia-Belanda memang lebih lambat berdiri. Di Filipina, mereka mengacu pada Universidad de Santo Tomas yang didirikan pada 1611. Namun, Fakultas Sastra dan Filsafat di Filipina memang baru dibuka secara terpisah pada 1920-an. Sementara di India, fakultas-fakultas sastra telah lama ada sejak 1860-an, antara lain di Universitas Kalkuta, Bombay, dan Madras (Groeneboer 1996:13). Continue reading “Cikal Bakal Fakultas Sastra Universitas Indonesia”
Jadi Pahlawan, Mau?
Dalam kondisi seperti sekarang ini siapakah yang sebenarnya pantas disebut sebagai pahlawan? Pahlawan, sebuah kata penuh makna. Dalam bahasa Indonesia, kata ‘pahlawan’ berasal dari bahasa Sanskerta phala yang berarti ‘buah’. Buah yang pada masa silam menjadi komoditi rebutan bangsa asing (Eropa) hingga rela berlayar ribuan mil dari negeri asal mereka menuju benua baru. Continue reading “Jadi Pahlawan, Mau?”
Mengenang Pemilu 2004 di Indonesia
Judul : The year of voting frequently: politics and artists in Indonesia’s 2004 elections
Editor: Margaret Kartomi
Penerbit: Melbourne, Monash University Press, 2005
Tebal: 138 + x hlm
Menjelang Pemilu 2009, 36 partai akhirnya ikut meramaikan Pemilu. Bayangan parade baliho, poster, iklan di televisi serta kampanye sudah di depan mata. Untuk sekedar mengingatkan Pemilu 2004 silam yang menghasilkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla, presiden pilihan langsung pertama, membuat buku ini menarik untuk disimak.
Buku ini merupakan kumpulan artikel yang sebagian merupakan artikel untuk Australian-Indonesian Lecture Series (AILS) di Monash University, Australia. Secara khusus tema kumpulan artikel ini adalah politik dan pemanfaatan seni dalam pemilu 2004 di Indonesia. Continue reading “Mengenang Pemilu 2004 di Indonesia”
Should I stay, should I go?
Inilah judul lagu dari The Clash, kelompok musik punk yang seolah mewakili pertanyaan dalam benak saya. Apakah sudah saatnya saya ‘berkelana’ lagi untuk meneguk ilmu? Dari pihak jurusan dan universitas jelas mereka sepertinya mendukung. Ada beberapa kesempatan yang ditawarkan, diberitahukan kepada saya. Namun, saya tidak mau asal-asalan seperti masih sendiri. Semua itu butuh persiapan yang matang. Ibarat ingin mendaki gunung, perlengkapan mendaki harus disiapkan. Tidak hanya bermodal nekad. Continue reading “Should I stay, should I go?”
Takalar = Tak Kelar?
Beberapa waktu lalu di wilayah Takalar terjadi penembakan terhadap empat warga terkait sengketa lahan tanah antara warga dan PT Perkebunan Nusantara (PN) XIV. Dalam hal ini PTPN dituduh mengambil lahan warga untuk perkebunan tebu mereka. Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo pun akhirnya ikut menengahi kasus sengketa lahan ini. Beliau berjanji dalam tiga bulan sudah ada kejelasan dan solusi mengenai sengketa tanah ini (Kompas 12/10/2008).
Peristiwa di Takalar ini membangkitkan kenangan saya sewaktu tugas di Makassar beberapa tahun silam. Ada satu hal yang saya rasakan kurang ketika pertama kali menginjakkan kaki di bumi Sulawesi ini yaitu kereta api. Padahal di Jawa kita bisa melihat atau menggunakan kereta sebagai alat transportasi selain bis atau mobil bila kita hendak bepergian ke tempat-tempat lain. Selain itu menurut sebuah majalah berbahasa Belanda (saya lupa judulnya), zee en rail (laut dan rel) merupakan satu kesatuan. Laut dan rel itulah memegang peranan penting dalam perdagangan. Kita tahu bahwa pelabuhan Makassar merupakan pelabuhan besar di Indonesia Timur. Dan untuk menyalurkan barang-barang ke tempat-tempat lain di Sulawesi memerlukan kereta api. Namun sepertinya ini tak berlaku di Sulawesi. Continue reading “Takalar = Tak Kelar?”
Menengok Lebaran Masa Lalu
Idulfitri atau lebaran sudah di ambang pintu. Para pemudik berangsur-angsur meninggalkan Jakarta menuju kampung halamannya masing-masing. Terminal, stasiun, bandara serta jalan-jalan di jalur utara dan selatan mulai dipadati para pemudik. Mereka yang tidak pulang kampung atau tak punya kampung dicandai dengan “menjaga” Jakarta. Sementara yang pulang kampung diminta untuk tidak mengajak orang ketika kembali ke Jakarta Continue reading “Menengok Lebaran Masa Lalu”
Kiprah Pendiri Bangsa Indonesia di Negeri Penjajah
Judul: Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950
Judul Asli : In het Land van de Overheerser: Indonesiër in Nederland 1600-1950
Penulis : Harry A. Poeze
Penerjemah : Hazil Tanzil, Koesalah Soebagyo Toer
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia dan KILTV-Jakarta , 2008
Tebal : x + 412 halaman
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.” Demikian kalimat awal dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Hal yang menarik dalam kalimat itu adalah kata “bangsa Indonesia” dan “kemerdekaannya”. Siapa bangsa Indonesia yang dimaksud dan merdeka dari siapa?
Jawaban kedua pertanyaan itu kelihatannya mudah. Pertanyaan siapa bangsa Indonesia mungkin dijawab “ya kita ini” yang ketika Proklamasi diatasnamakan oleh Soekarno dan Hatta. Sedangkan pertanyaan kedua jawabannya adalah merdeka dari Jepang yang ketika itu baru kalah dari pasukan Sekutu. Bisa juga merdeka dari Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Continue reading “Kiprah Pendiri Bangsa Indonesia di Negeri Penjajah”
Orang Indonesia di Negeri Penjajah
Tanggal 17 Agustus 2008. Ketika itu orang-orang merayakan tujuh-belasan. Tak terkecuali ibu saya yang sejak tanggal 16 berlatih menyanyi lagu-lagu perjuangan. Akhir pekan ini kami sekeluarga memang menginap di rumah ibu saya. Satu batita, satu bayi dan satu koper besar untuk keperluan mereka kami boyong ke Pondok Gede. Continue reading “Orang Indonesia di Negeri Penjajah”
Memproklamirkan Kembali “Kemerdekaan”
Bulan Agustus ini bagi bangsa Indonesia dianggap bulan ‘keramat’. Enam puluh tiga tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 17, Proklamasi Kemerdekaan diproklamirkan oleh para founding father negeri ini. Kemerdekaan yang dicita-citakan sejak lama akhirnya terwujud meskipun usai Proklamasi bukan berarti selesai segala-galanya Continue reading “Memproklamirkan Kembali “Kemerdekaan””