Turisme berhubungan dengan mobilitas manusia (perjalanan). Manusia memang menjadi unsur penting dalam kegiatan turisme. Demikian pula dengan sejarah. Sejarah membahas manusia serta berbagai kegiatannya. Maka sejarah turisme menempatkan manusia beserta kegiatannya dalam hal turisme. Ini juga yang berlaku dengan sejarah turisme di Hindia-Belanda.
Dalam konteks ini perlu juga melihat motif manusia melakukan kegiatan turisme, termasuk perjalanan. Untuk kegiatan masa kini (kontemporer), hal tersebut bukan perkara sulit. Kita dapat melakukan wawancara, menyebarkan angket kepada para turis. Namun, bagaimana dengan ‘turis masa silam’. Apakah diperlukan metode ‘khusus’, dengan mengajukan pertanyaan apa motif mereka melakukan perjalanan? Atau menggunakan ‘mesin waktu’ yang dapat mengirim kita ke masa lalu dan mengamati orang-orang yang ‘berturisme’?
Tidak ada cara lain, selain menggunakan cara memahami zeitgeist (semangat zaman) pada masa lalu. Caranya? Dengan menelisik kecenderungan atau motif yang menonjol pada masa lalu terkait dengan kegiatan turisme. Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, kegiatan melakukan perjalanan yang merupakan dasar dari kegiatan turisme merupakan kegiatan yang terbatas dilakukan oleh mereka yang memiliki kelebihan uang dan waktu. Untuk melakukan perjalanan, apalagi ke luar negeri, ke seberang lautan, tidak hanya memerlukan uang atau waktu, tetapi juga keberanian melihat sesuatu yang berbeda dan baru. Sesuatu yang di luar dari kebiasaan di negeri sendiri.
Dengan demikian motif petualangan menjadi hal penting bagi para turis pada masa awal kegiatan turisme di Hindia-Belanda. Motif lain adalah untuk kesehatan. Para turis ini melakukan perjalanan untuk mengunjungi daerah-daerah pegunungan (health resort) dengan tujuan untuk memulihkan kesehatan. Kemudian, segala hal yang menjadi pendukung kegiatan turisme di Hindia-Belanda mulai diatur. Pendukung kegiatan turisme tersebut berupa akomodasi, infra struktur serta objek yang dapat dilihat dicantumkan dalam buku panduan (gidsboek). Buku panduan tersebut menjadi pegangan para turis ditambah lagi berbagai promosi menarik mengenai Hindia-Belanda. Maka, datang lah para turis luar negeri mengunjungi Hindia-Belanda. Pulau-pulau yang mereka kunjungi pada masa awal adalah Jawa dan Sumatra. Mereka menikmati berbagai objek serta fasilitas di Hindia.
Selain motif petualangan, pada periode ini motif lain para turis melakukan perjalanan adalah ingin mengaktualisasikan diri. Motif ini berpadu dengan motif petualangan dan bersenang-senang. Mereka ingin berbeda dengan orang lain, terutama di negara asal. Beruntung, jika para turis tersebut menuliskan kesan mereka dalam buku catatan perjalanan sehingga kita dapat mengetahui motif mereka. Lalu, bagaimana jika mereka tidak menuliskan kesannya? Melalui sumber apa kita dapat mengetahui motif mereka. Ini menjadi masalah kita (terutama saya) untuk memecahkannya.
sumber foto:
commons.wikimedia.org