Serabi

Dinginnya pagi memeluk tubuh. Mata masih enggan dibuka.  Aroma harum menggelitik penciuman. Hidungku kembang-kempis mencium aroma yang belum aku akrabi. Perutku tiba-tiba lapar. Aku menggeliat dan menengok. Kursi kemudi kosong.  Aku mengerjapkan mata. Dari arah jendela aku melihat bapak berjongkok di depan emperan toko yang masih tutup, menikmati sesuatu di hadapannya.  Bapak mengangkat daun pisang di hadapannya. Aku pun membuka pintu mobil, berjalan ke arahnya.

Continue reading “Serabi”